Leave a comment

Edisi 1:Lembaga (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Sarana Gerak Mahasiswa

Salam Cinta dan Persaudaraan demi Pembebasan menuju Kesejahteraan….

Demi amanat dan beban rakyat

Kami nyatakan ke seluruh dunia

Telah Bangkit di tanah air

Sebuah aksi perlawanan

Terhadap kepalsuan dan kebohongan

Yang bersarang dalam kekuasaan

Orang-orang pemimpin gadungan

(Mansur samin)

Syair di atas adalah kutipan dari pejuang beberapa tahun yang lalu, yang dikutip oleh Anis Matta dalam bukunya Mencari Pahlawan Indonesia. Pernyataan itu menggambarkan sosok kepahlawanan sejati yang peduli akan nasib bangsanya, yang senantiasa memegang idealisme yang selalu tercerahkan dengan karya dan kontribusi nyata bagi bangsa ini.

Adalah Soekarno yang sesumbar berkata “Berikanlah Aku 10 pemuda, niscaya aku akan merubah dunia..”. bukankah Soekarno yang meledak-ledak dalam berorasi itupun yakin akan adanya dan keharusan berkontribusi bagi bangsanya, hingga menempatkan dirinya menjadi Presiden pertama RI. Mata rantai sejarahpun telah mencatat berbagai dinamika perjuangan yang dijalani negri ini. Yang menciptakan tesis dan antitesis bagi keberlangsungan negara kedepannya. Dan aktornya selalu saja pemuda, ia senantiasa bergerak dalam dinamika perubahan bagi bangsanya.

Jika berbicara sejarah pergerakan pemuda, kita akan teringat akan masa lalu kita. Dimana pemuda memiliki kekuatan untuk bergerak demi perubahan menuju kebaikan. Pergerakan pemuda yang tegak pertama kali berdiri adalah Al-Jama’atul khoir yang bergerak dalam bidang Tarbiyah (pendidikan) dan Dakwah pada tahun 1901. Kemudian mulai muncul pergerakan nasional Budi Utomo tahun 1908, Serikat Dagang Islam yang muncul sekitar tahun 1926 dalam bidang ekonomi, Indinische Vereneging yang mencetuskan pemikiran anti imperialisme dan kolonialisme, hingga perhimpunan pemuda seluruh indonesia yang tergabung dan mencetuskan sumpah pemuda tahun 1928. Perjuangan pun terus berlanjut hingga penggulingan rezim kolonialisme penjajah Belanda tahun 1945 saat proklamasi. Kemudian kepemimpinanpun dipegang oleh rezim baru Presiden Soekarno, yang pada tahun 1966 digulingkan karena dianggap kekuasaannya melampaui batas dengan demokrasi terpimpinnya. Maka kemudian muncul rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, dimana pada tahun 1998 digulingkan kembali oleh mahasiswa. Hingga sekarang sampai pada masa reformasi.

Jika melihat pergerakan mahasiswa dari dulu hingga sekarang, sepertinya terus berulang hal yang sama. Yaitu menggulingkan dan menggantikan, bukan menggantikan, merubah, memimpin dan mengisi. Dinamikanya bersifat stagnan, tidak kemudian berlanjut ke proses selanjutnya. Rijalul Imam.,S.Hum menyatakan dalam bukunya Menciptakan Momentum bahwa sekarang bukan saatnya lagi mahasiswa hanya memerankan porsi agent of change, agen-agen perubah, namun haruslah sudah menjadi Direct of Change yaitu pemimpin perubahan, perancang, pemikir dan bahkan memberikan solusi kongkrit bagi perubahan negri ini dan juga masyarakat luas melalui sarana-sarana yang terjangkau di sekitar dirinya, maupun disiplin ilmu yang dimilikinya.

Semakin banyak pergerakan mahasiswa yang terlibat di masa ini, dan pergerakan-pergerakan itu kemudian bersatu menjadi Dewan mahasiswa, serta banyak muncul lembaga-lembaga di kampus-kampus yang tetap berlanjut memperjuangkan kemerdekaan dan mengisi reformasi. Dan setelah reformasi berakhir Dewan Mahasiswa bertransformasi menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa yang disingkat BEM dengan fungsinya sebagai Eksekutif.

Dunia kampus adalah dunia bagi mahasiswa bisa berbuat banyak jika ia mau. Terdapat banyak sarana-sarana yang kemudian bisa menunjang bagi kita untuk berkarya. Disini kita bisa menempatkan organisasi berbasis masa sekelas BEM sebagai sarana untuk bergerak, menebar kebaikan, menebar kemanfaatan untuk mahasiswa yang lain, maupun untuk masyarakat di luar kampus yang mengharapkan uluran tangan kita.

BEM adalah student government yaitu pemerintahan mahasiswa, yang seharusnya tidak berorientasi pada kekuasaan, namun menempatkan amanah lebih pada fungsi-fungsi pelayanan Khadimul ummah. Ia memang ranah politik, namun seharusnya bukanlah politik praktis yang menjadikan kekuasaan sebagai tujuannya, Ibnu Taimiyah mengungkapkan definisi politik adalah Asyiasah Syar’iyah sebagai pengelolaan ummat. Yaitu bukan hanya memikirkan kepentingan mahasiswa secara umum, namun juga mengajak kepada segenap mahasiswa untuk bersama-sama berkontribusi bagi masyarakat diluar kampus. Ia bukan lembaga yang hanya berdiri untuk menjalankan program kerja sesaat yang berorientasi pada hasil dari event organizer saja. Inti dari BEM itu sendiri adalah fungsi Advokasi, dimana advokasi berjalan pada dua subjek, yaitu mahasiswa dan rakyat. BEM mencoba memenuhi kebutuhan mahasiswa di luar kebutuhan akademis, sebagai basis sosial utama dalam masyarakat kampus. Dimana basis sosial ini merupakan basis sosio-intelektual, yang kelak pasca kampus dapat dipastikan akan bersinggungan langsung dengan dunia masyarakat real, dan menjadi bagian di dalamnya secara organik. Kemudian dari subjek rakyat, BEM mencoba untuk mengajak masyarakat (mahasiswa) untuk berkontribusi nyata bagi lingkungan (masyarakat luas) dengan basis keilmuan yang kita miliki.

Dr. Arie Sujito dosen sosiologi-politik FISIPOL UGM menyampaikan bahwa untuk berkontribusi menyeleseikan permasalahan yang kompleks diperlukan intersepsi dalam segala bidang dan segala potensi yang dimiliki. Inilah sebenarnya yang bisa kita mahasiswa berikan untuk sekitar, kita punya potensi masing-masing dalam diri kita, dan setidaknya kita punya lembaga mahasiswa sekelas BEM, BSO, dan KSF. Kita bisa memanfaatkan sarana ini untuk berkontribusi lebih untuk kebaikan. Stidaknya pula untuk kepentingan mahasiswa, kemajuan Fakultas, kemajuan kampus dan demi eksistensi kita sebagai mahasiswa, juga lebih jauh lagi untuk kepentingan masyarakat luas. Yang kemudian butuh kerjasama, dan rekonsiliasi dari semua disiplin ilmu dan berbagai lembaga terkait, demi terwujudnya apa yang disebut “rumah perubahan” yang nyata. Sehingga pergerakan mahasiswa untuk mengisi kemerdekaan dan reformasipun masih terus berlanjut untuk bergerak lebih konkret. Dari lembaga mahasiswa untuk indonesia, dari kampus untuk Indonesia..Berjuang dalam celah anomali.

Leave a comment